Rabu, 28 Oktober 2009

Pedangnya Ada Dalam Diri Anda


blogpreneur_sejati_dicari


Pada zaman samurai dulu kala, ada seorang pemuda berbakat yang handal di bidang seni pedang. lahir penuh bakat dan tumbuh dengan motivasi yang kuat di dalam dirinya untuk menguasai dunia samurai. dia meninggalkan keluarganya di umur 17 tahun untuk segera berkelana dan mengembangkan wawasan serta keahlian seni pedangnya. berkelana dari satu negri ke negri yang lain, mengembara dari satu kerajaan ke kerajaan yang lain. hingga di suatu kerajaan yang rakyatnya makmur sejahtera, si ahli pedang terpaksa tinggal cukup lama untuk megikuti sebuah sayembara.


sayembara untuk menguji mental, keahlian, dan motivasi diri seluruh samurai didunia. dan pemenangnya akan di nikahkan dengan anak sang raja, sekaligus mendapatkan separuh harta warisannya. timbulah keinginan kuat dalam diri mebo-se (baca : mibu-si) sang samurai, untuk ikut serta dalam sayembara ini. tidak dengan keinginan untuk meikahi sang putri ataupun ketamakan akan harta duniawi semata, namun untuk memenuhi keinginanya akan pengakuan, kejayaan, dan unjuk motivasi diri di ajang tersebut.


kontes ini sendiri mengharuskan semua peserta untuk menghadapi tiga ajudan terkuat kerajaan. baru kemudian berhak masuk ke babak final. dan kemenangan akan di tentukan secara agregatif dengan kata lain seorang samurai berhak meuju babak final, bila berhasil mengalahkan dua dari tiga pamungkas kerajaan. singkat cerita, pertandingan pun dimulai dan giliran samurai se’ tiba untuk tes pertama.


dengan mulus mebo-se memenangkan babak pertama, sorak sorai dan suka cita di teriakan para pendukungnya yang mengapresiasi kemenangan se’. berselang dua minggu kemudian babak kedua di gelar di istana, dan dalam pertandingan keduanya dia kewalahan menghadapi salah satu ajudan terkuat kerajaan, sekalipun demikian dia tetap keluar sebagai pemenangnya.


pulang dengan cedera dan tertatih di bimbing warga desa yang mendukungnya, mebo-se mengobati diri, berlatih dan bersemedi sebagai cara yang di yakininya untuk mengasah kembali stamina dan motivasi dirinya.


selang tiga minggu setelah perlombaan babak kedua, di gelar diistana babak yang ketiga. sebagai babak terakhir, para samurai harus menghadapi jendral kerajaan yang selama bertahun - tahun tidak terkalahkan dalam seluruh perang yang di pimpinnya. seluruh kemampuan di keluarkan oleh mebo-se, semua jurus dan semua pengetahuan pedangnya telah di curahkannya dalam babak terakhir sayembara itu. namun tetap saja sang jendral terlalu kuat untuk di tandingkan dengan samurai yang masih muda dan minim pengalaman.


terkapar lemah dan tidak berdaya mebo-se di larikan kerumah warga terdekat untuk mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin. dan segera setelah terjaga mebo-se bangkit dan bertekad mencari jendral yang mengalahkannya. di dalam kepalanya bergaung keyakinan “dia tidak benar - benar menang, pedangnya yang kuat dan ringan yang membuatnya menang melawanku, pedangnya yang nyaman di gengam lah yang menjadi tonggak kemenangannya!” tanpa pikir panjang dan memperdulikan lukanya mebo-se menemui jendral itu yang merayakan kemenangannya dan berpesta di gerbang kerajaan.


dengan kaget jendral menoleh kearah suara yang berteriak - teriak kurang ajar ”mana jendral itu? dimana jendral curang dan lemah itu?” sebelum penjaga gerbang sempat menangkapnya, sang jendral tiba dan membawa se’ untuk bicara empat mata.


“apa yang kaulakukan? kaupikir, apa yang sedang kau lakukan” bentak sang jendral, segera setelah dia dan samurai muda berada di sudut yang sepi dan jauh dari jangkauan pendengaran prajurit kerajaan yang lain.tidak mau kalah keras se’ balik membentak ”berikan pedang itu padaku, kau tidak benar - benar menang melawanku pengecut! kau hanya pengecut yang bersembunyi di balik pedang terbaikmu! biarkan aku memilikinya, kita duel ulang, dan kau pasti kalah karna tidak berperang dengan pedang ini!”. merasa itu tantangan yang cukup adil sang jendral dengan senang hati menyerahkan pedangnya kepada mebo-se yang memandangnya dengan penuh keinginan yang tidak manusiawi dan air muka yang brutal! dengan rasa kemenangan yang menggebu - gebu mebo-se berbalik untuk pulang segera setelah dia memegang pedangnya. namun sang jendral memeganya di pergelangan tangan, dan mukanya yang berjengot tebal tidak lebih dari sepuluh centi dari muka mebo-se. berbisik dingin penuh tantangan. ”kita akan berhadapan di babak final nak!”


mebo-se tidak memperdulikannya dan pulang dengan kemenangan yang menggebu di dadanya. pulang dengan setengah lusin tulang patah dan pedang “istimewa” ditangannya.


kembali menyembuhkan diri dan berlatih, dia merasa sangat optimis. untuk menghadapi babak final. hari yang di tunggunya telah tiba dan dirinya dipenuhi gairah untuk menyongsong pertarungan finalnya.


singkat kata, nama mebo-se dan jendra cheng di panggil pada gilirannya untuk bertarung. pedang ”istimewa” berkilau-kilau ditimpa cahaya matahari. dengan motivasi diri kuat yang menggelegak dalam dirinya, mebo-se melihat sang jendral turun ke area pertarungan dengan membawa sebilah pedang lusuh yang di gagangnya terlihat banyak sisa - sisa pertempuran. lecet dan kentara sudah sangat tumpul. mebo-se membatin ”apakah dia sedang berfikir untuk melukaiku dengan pedang itu?”. pikirannya di buyarkan teriakan ”MULAI” yang menggema keras diteriakan oleh seseorang dari tenda raja.


hanya perlu tiga puluh menit bagi sang jendral untuk merobohkan samurai muda tanpa melukainya sedikitpun. mebo-se tergeletak, pedang jendral melekat erat di batang lehernya, skelaipun tidak dapat melukainya perasaan malu dan arogansinya memuncak, kekalahan itu lebih sakit dan merobek lebih dalam dibanding luka fisik yang di terimanya. cheng berbisik dingin dan napasnya yang pelan dan teratur berubah bagai petir yang menyentuh bumi ditelinga lawannya. berbisik pelan ”apa yang terjadi dengan pedang istimewa mu nak? bukankanh apa yang kau butuhkan untuk menang sudah kau miliki? apa yang sedang melemahkanmu nak? bahkan dengan pedang istimewa mu kau tidak dapat menjatuhkan aku?”


tertunduk malu dalam luka batin yang nyaris membunuhnya, mebo-se membatin ”nyata kah ini? benarkah aku kalah, bahkan tanpa perlawanan yang berarti?”. seolah dapat membaca pikirannya jendral cheng kembali berbisik dingin dalam nada merendahkan ”tidak sadarkah kau, semua samurai telah dilahirkan bersama pedangnya sendiri. lahir dengan senjata tajam, setajam kehormatan dan keberaniannya! masih belum sadar eh? betapa tumpulnya jiwamu! kesatria sejati adalah mereka yang bertarung dengan hati dan mati dengan senyum. mereka tidak membanting pintu dan menyalahkan pedangnya!”


intinya : hanya pecundang yang selalu mencari - cari alasan dan sibuk menyalahkan sesuatu atau seseorang disekitarnya. dan pemenang tidak pernah kehilangan sesuatu! mereka tahu persis, bahwa kemenangan tidak di dapatkan dari fisik sesuatu, melainkan nilainya!


PS : pernah denger gak si cerita mebo-se? soalnya saya sendiri gak yakin yah sama cerita ini. kalo orang kenal saya pasti ragus tulisan ini buatan saya. disclaimer ni yah, mebo-se itu singkatan mencari blogpreneur sejati! dan sayembaranya berjudul belajar seo para pemula :D kalo inspirasinya dapet dari cerita power ranger (lupa versinya,yang komandannya anjing itu loh pren :P) do’akan menang y pren, yang gak keberatan silahkan di link dari situs masing2 :)



Artikel pedangnya ada dalam diri anda ini dipersembahkan oleh blog motivasi diri. Kunjungi motivasi diri untuk untuk menemukan motivasi dan inspirasi lainnya.

http://motivasidiri.net/pedangnya-ada-dalam-diri-anda.htm


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More